Rabu, 05 September 2007

HARI TIDUR SIANG

Suatu siang, anak-anak 3B baru saja selesai sholat dzuhur berjama’ah di kelas. Seperti biasa, seusai sholat, mereka juga berdzikir dan membaca do’a bersama. Bu Luluk dan Bu Wiwin duduk di kursi mengawasi sambil sesekali membetulkan bacaan do’a yang keliru.

Hari itu, cuaca di luar cukup panas. Beberapa anak mulai terkantuk-kantuk ketika berdzikir. Kepala Linda mulai berayun ke kiri-kanan. Nino perlahan-lahan mulai memejamkan matanya. Windy menyandarkan kepala ke dinding kelas. Sementara Bimo duduk bertopang dagu dengan mata merah menahan ngantuk.

Usai berdo’a, petugas piket segera merapikan shaf dengan tertib. Bu Luluk memandang wajah lelah anak-anak sambil menahan senyum.

“Kalian ngantuk, ya?”, tanya Bu Luluk.

“Iya, Bu”, jawab beberapa suara dengan lemas tapi kompak.

“Baiklah, karena waktu istirahat masih cukup panjang, kalian boleh tidur siang sampai bel pelajaran selanjutnya”, ujar Bu Luluk.

“Tidur, Bu?”, tanya Raynold agak terkejut.

“Benar-benar boleh tidur, Bu?”, Isal membelalakkan matanya tidak percaya.

“Iya, boleh. Ibu tahu kalian lelah, makanya sekarang kalian boleh tidur sebentar”.

“Horee…, alhamdulillah”. Kata Linda kegirangan.

“Jangan lupa sebelum tidur baca do’a dulu”, Bu Wiwin mengingatkan.

Shaf kembali digelar. Tetapi kali ini bukan untuk sholat, melainkan untuk alas kepala. Tak lama kemudian, anak-anak mulai berbaring di lantai yang sejuk. Fanni, Linda dan Windy langsung terlelap. Bimo dan Faiz tidur di kursi. Isal dan Aldi tidur di atas selembar tikar yang dipakai bersama. Ada juga yang tidur berbantal sajadah.

Kira-kira 45 menit lamanya mereka tertidur. Tepat pada saat bel masuk berbunyi, Bu Luluk dan Bu Wiwin membangunkan mereka satu persatu. Anak-anak yang sudah lebih dahulu bangun ikut membantu membangunkan teman-temannya yang masih terlelap. Beberapa diantaranya masih mengantuk dan malas bangun. Untuk mengurangi rasa ngantuk, anak-anak disuruh mencuci muka. Kemudian mereka tampak segar kembali. Semua kembali duduk di kursi masing-masing dan bersama-sama membaca do’a bangun tidur.

“Karena kalian telah tidur dengan manis, Ibu akan memberi hadiah untuk kalian”, kata Bu Luluk sebelum memulai pelajaran.

“Siapa yang dapat hadiah, Bu?”, tanya Raynold.

“Ibu akan memberikan hadiah untuk kalian yang benar-benar tidur”.

“Kapan hadiahnya diberikan, Bu?”, tanya Isal.

“Insya Alloh minggu depan”, Bu Luluk berjanji.

Seminggu kemudian Bu Luluk dan Bu Wiwin menepati janjinya. Hadiah hari tidur siang itu adalah voucher jajan gratis di toko sekolah sebesar seribu rupiah. Sejak saat itu, hari tidur siang menjadi hari yang paling ditunggu anak-anak 3B.

Tidak ada komentar: