Rabu, 05 September 2007

MOBIL JENAZAH

Hari ini anak-anak kelas 3B mengunjungi kantor Kelurahan Perapatan. Mereka berangkat beramai-ramai diantar oleh Bu Wiwin, Bu Luluk dan Bu Indra. Anak-anak kelas 3A juga turut serta. Kantor Kelurahan Perapatan letaknya dekat dengan sekolah. Anak-anak pergi ke sana berjalan kaki.

Setibanya di sana , mereka berkumpul di Balai Pertemuan Kelurahan dan disambut oleh Pak Susarno, Lurah Perapatan. Anak-anak duduk rapi di kursi plastik. Pak Susarno kemudian mulai menjelaskan segala sesuatu tentang Kelurahan Perapatan, seperti mata pencaharian penduduk serta tugas para perangkat desa. Semua anak sibuk mencatat penjelasan beliau di atas papan scanner yang mereka bawa dari rumah.

Setelah satu jam berlalu, acara kunjungan pun selesai. Anak-anak mengucapkan terima kasih pada Pak Susarno. Tak lupa pula mereka mereka menjabat tangan beliau saat berpamitan. Anak-anak berbaris dan bersiap-siap kembali ke sekolah. Tapi…

“Ibu, pulangnya jalan kaki lagi ya?”, Isal meringis menatap sinar matahari yang menyengat di luar balai desa.

“Jangan jalan kaki deh, Bu. Saya lapar”, ujar Bimo dengan wajah memelas.

“Sabar ya? Bu Wiwin masih mencarikan angkot. Di sekolah nanti boleh langsung makan,” jawab Bu Luluk.

Tak lama kemudian, Bu Wiwin berhasil mendapatkan sebuah angkot. Anak-anak putri 3A diminta berangkat lebih dulu. Anak-anak putra 3A diangkut oleh angkot kedua. Sesuai perjanjian, kedua angkot itu nanti akan kembali untuk menjemput anak-anak 3B. Pada saat anak-anak sedang asyik menunggu, Pak Slamet (Satpam Sekolah) lewat di depan balai desa mengendarai mobil jenazah. Beliau menawarkan diri untuk mengantar anak-anak sampai di sekolah.

Ke sekolah naik mobil jenazah? Siapa takut? Toh, jenazahnya sudah tidak ada, pikir anak-anak putra. Tetapi anak-anak putri langsung menjerit, “Waaa…, nggak mauuu. Takuuuut!!”

Jadilah anak-anak putra yang ‘gagah berani’ itu dengan riang gembira melompat naik ke atas mobil jenazah Pak Slamet. Tentu saja Bu Luluk yang tiba di sekolah lebih dulu menjadi terkejut melihat ada mobil jenazah berhenti di depan sekolah. Rasa terkejutnya berubah menjadi tawa ketika dilihatnya Bimo, Isal, Afif dan anak-anak lainnya turun dari mobil jenazah. Mereka melompat-lompat meniru gaya vampir di film mandarin.

“Kita hebat kan, Bu?”, ujar Bimo ikut tertawa.

“Nggak ada orang selain kita yang ke sekolah naik mobil jenazah kan, Bu?”, kata Isal.

Bu Luluk mengangguk-angguk, masih tersenyum. Menurutnya, anak-anak pasti tak akan pernah melupakan pengalaman unik itu selamanya. Mereka pasti akan terus mengingat mobil jenazah yang berjasa itu sampai kapan pun.

Tidak ada komentar: