Rabu, 05 September 2007

KALENG KESALAHAN

Anak-anak baru saja masuk kelas seusai pelajaran Bahasa Inggris. Di kelas, Bu Luluk dan Bu Wiwin sudah menunggu kedatangan mereka. Anak-anak segera kembali ke tempat duduk. Petugas piket hari itu menyiapkan teman-temannya untuk membaca do’a selesai belajar.

“Hari ini kita akan mengadakan renungan kecil”, kata Bu Luluk saat anak-anak selesai berdo’a.

“Renungan kecil itu apa sih, Bu?”, tanya Ghazi penuh rasa ingin tahu.

“Renungan kecil yang ibu maksud adalah memikirkan kembali kesalahan-kesalahan yang telah kalian lakukan selama ini”, jawab Bu Luluk.

“Caranya gimana, Bu?”, tanya Afif. “

“Nanti kalian akan mengerti”, ujar Bu Luluk lagi.

Kemudian Bu Wiwin membagikan selembar kertas kecil kepada masing-masing anak. Semua menerima kertas itu dengan penuh tanya. Beberapa anak berbisik-bisik dengan teman sebangkunya. Mereka menebak-nebak kejadian selanjutnya.

“Nah, sekarang coba kalian siapkan pensil kalian”, kata Bu Luluk setelah semua anak mendapatkan potongan kertas. Dengan penasaran anak-anak menyiapkan pensilnya.

“Siap? Selanjutnya, coba kalian tuliskan semua kesalahan yang telah kalian lakukan selama ini. Kalian boleh menuliskan sebanyak yang kalian ingat”.

“Ditulis di kertas ini, Bu?”, Icha melambaikan kertasnya.

“Ya, tulis di kertas itu”.

Anak-anak saling berpandangan sebentar. Ini adalah pengalaman pertama mereka melakukan renungan, sehingga ada beberapa anak yang tampak sedikit bingung. Ghazi misalnya. Dia sangat serius berpikir sampai keningnya berkerut, seolah-olah sedang mengerjakan soal perkalian.

Setelah anak-anak selesai menulis, Bu Luluk mengambil sebuah kaleng berwarna hijau dan membuka penutupnya.

“Kalian sudah selesai menulis?”, tanya Bu Luluk.

“Sudah, Buu”, jawab anak-anak serentak.

“Bagus, kalau begitu Ibu akan berkeliling dan kalian boleh memasukkan kertas kalian ke dalam kaleng ini”.

Kali ini anak-anak sangat keheranan, namun mereka tetap memasukkan kertas mereka ke dalam kaleng hijau itu. Sebenarnya mereka ingin sekali bertanya. Entah kenapa mereka terlalu heran sehingga lupa bertanya.

Bu Luluk membawa kaleng berisi kertas kesalahan itu ke depan kelas lalu menutupnya rapat-rapat.

“Kalian tahu alasan Ibu menutup kaleng ini?”, tanya Bu Luluk.

“Supaya nggak bisa dilihat ya, Bu?”, Riqi menebak.

“Benar. Supaya tidak ada orang lain yang tahu. Hanya kalian dan Alloh SWT yang mengetahuinya. Ibu tidak akan membuka kaleng ini lagi”.

“Kenapa nggak dibuka lagi, Bu?”, tanya Bimo.

“Karena Ibu ingin kesalahan kalian yang ada dalam kaleng ini tidak terulang lagi. Mulailah menjadi anak baik yang tidak mengulangi kesalahannya sendiri. Biarlah kesalahan kalian yang dulu tersimpan dalam kaleng ini. Kalau kalian berbuat baik, Alloh SWT pasti akan mengampuni kesalahan kalian”.

Anak-anak terdiam cukup lama. Kemudian suara-suara kecil mulai terdengar di seluruh penjuru kelas, ”Saya akan menjadi baik”.

Kini kaleng kesalahan berwarna hijau itu menjadi pemacu semangat anak-anak untuk selalu berbuat baik.

Tidak ada komentar: