Rabu, 05 September 2007

IMUNISASI TT

Hari ini kelas 3 B akan kedatangan tamu istimewa. Semua anak menunggu kedatangannya dengan perasaan yang beraneka ragam. Ada yang tenang-tenang saja, ada yang harap-harap cemas, ada yang bersembunyi di kolong meja dan ada juga yang malah cuek. Siapa gerangan tamu istimewa itu?

Tamu itu adalah dokter-dokter Puskesmas. Mereka datang untuk memberikan imunisasi TT supaya anak-anak selalu sehat dan aman dari penyakit tetanus.

“Ibu, benar ya, hari ini kita akan disuntik?”, tanya Kiki.

“Benar, Kiki. Supaya tubuh kalian tetap sehat,” jawab Bu Luluk.

“TT itu apa sih, Bu?”, Farhan ikut bertanya.

“TT kependekan dari Tetanus Toxoid, yaitu obat anti tetanus”.

Tak lama kemudian, tim dokter Puskesmas tiba di kelas 3 B. Anak-anak segera duduk di kursinya masing-masing. Beberapa anak langsung berubah tegang. Kemudian Bu Luluk dan Bu Wiwin memanggil nama anak-anak satu persatu. Anak putri ditemani Bu Wiwin dan anak putra ditemani Bu Luluk.

Dhayu mendapat giliran pertama. Sebenarnya ia takut disuntik, tapi tidak menangis. Apalagi ibu-ibu dokternya baik semua. Setelah Dhayu, Adit mendapat giliran selanjutnya. Tubuh Adit kurus, tetapi ia tidak takut disuntik. Riqi yang berdiri didekat Adit berkomentar, “Hati-hati ya Bu Dokter. Jangan sampai kena tulang teman saya.”

Bu Dokter tersenyum. “Tenang aja. Ibu hati-hati kok,” ujarnya. Tidak terasa hanya tinggal beberapa anak yang belum disuntik.

“Sekarang giliran Bimo”, ujar Bu Luluk setelah merapikan lengan baju Adit.

Bimo yang sedang asyik menonton teman-temannya disuntik kaget bukan main. Dia segera lari menjauh.

“Enggak, Bu. Nggak mauuuu!”, ia menggeleng kuat-kuat.

“Insya Allah tidak sakit kok. Ayo sini”, kata Bu Luluk lagi.

Tapi Bimo benar-benar takut. Ia malah lari semakin jauh. Kemudian Bu Luluk memanggil Riqi. Namun ternyata Riqi juga ketakutan seperti Bimo. Wajahnya tegang. Keningnya berkerut seperti baju salah setrika. Teman-temannya mulai bersorak, ”Riqi penakut! Bimo penakut!”.

Dengan perasaan cemas akhirnya Riqi mau disuntik. Teman-temannya langsung bertepuk tangan, “Horee, Alhamdulillah Riqi sudah berani!”.

Melihat keberanian Riqi, Bimo menjadi tertarik. Pelan-pelan dia maju mendekati Bu Luluk. Riqi yang masih berdiri di situ berkata, “Ayo, Bim. Kamu juga harus berani”.

“Boleh disuntik sambil duduk nggak, Bu?”, tanya Bimo.

“Boleh. Bimo mau sambil duduk ya?”, Bu Luluk menarik sebuah kursi.

“Yee…, Alhamdulillah, Bimo juga berani!”

Meskipun sedikit menangis, Bimo akhirnya mau mau disuntik. Siswa yang terakhir disuntik adalah Nino. Dia tidak takut disuntik, tetapi agak grogi melihat jarum suntiknya. Hehehe.

Saat tiba waktu pulang, anak-anak merasa lega karena ‘hari menegangkan’ sudah mereka lewati.

Tidak ada komentar: